Berpikir cerdas
Tepatlah apa yang dikatakan oleh Al Imam Al Ghazaly "Hati adalah Cermin". Dan tepat pula bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seorang manusia mencerminkan keadaan hatinya.
Lantas ada apa dengan hati?
Bukankah hati hanyalah sekerat darah beku manusia, seperti yang telah diriwayatkan bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, jika ia baik maka menjadi baiklah seluruh jiwanya, namun jika ia buruk maka buruklah semua jiwanya?
Kalaulah sebelumnya dikatakan bahwa hati adalah pusat aktivitas manusia, lantas apa yang mempengaruhi hati, hingga ia bisa menjadi baik dan juga bisa menjadi buruk? Bukankah manusia dilahirkan dengan perjanjian yang sama dengan yang diberikan kepada manusia yang lain?
Terlalu sering kita, mengabaikan hal-hal buruk, karena hadirnya perasaan bahwa keburukan itu hanyalah keburukan yang tak seberapa fatal akibatnya. Namun, setiap diri kita tentu tahu bahwa debu yang menempel di cermin, jika tidak segera dibersihkan maka akan membuat cermin itu buram?
Kita juga tentu tahu jika debu yang menempel pada cermin, jika masih sedikit maka mudah dibersihkan. Cukup dibersihkan dengan kain pembersih. Cukup sekali lap, maka sudah bersih.
Namun bagaimanakah cara membersihkan cermin yang sudah bertahun-tahun tidak dibersihkan dari kotorannya? Tentu, tidak cukup menggunakan cara sebelumnya. Kita tentunya akan membersihkan terlebih dahulu dengan air sabun, hingga cukup bersih kemudian dibersihkan lagi menggunakan kertas koran, setelah cukup baru kemudian dibersihkan dengan kain kering yang bersih. Cukup lama dan sulit!!!
Tak ubahnya dengan hati kita. Dosa-dosa kecil yang terlalu sering kita lakukan adalah ibarat debu-debu yang menempel pada cermin. Memang kecil dosanya dalam tatarannya, namun tahukah kepada siapakah dosa itu dilakukan?
Memang Allah Maha Pengampun. Bahkan karena sayangNya, seberapapun dosa-dosa yang yang diri kita miliki, tetap akan diampuni jika diri kita mau meminta ampunanNya. Apakah karena hal ini kita melegalkan sebuah perbuatan dosa-dosa yang dianggap kecil?
Kepada diri-diri kita, yang tidak akan pernah tahu kapannya datangnya kematian yang merupakan akhir episode kehidupan, selayaknya untuk segera memenuhi panggilan ini
"Dan bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan surgaNya yang luasnya, seluas langit dan bumi.."
Sungguh ini adalah panggilan Allah kepada hambanya, karena kecintaanNya yang tiada banding.
Kepada kita semua yang menginginkan kehidupan yang dijanjikan, selayaknyalah untuk segera memenuhi panggilan ini dengan senang hati, karena sesungguhnya jika telah berjanji tidak akan pernah lalai memenuhinya.
Komentar
Posting Komentar